Beberapa hari yang lalu, ketika di dalam sebuah angkutan umum, saya melihat iklan kesehatan yang ditempel di dalam angkot tersebut. Iklan tersebut merupakan iklan pengobatan alternatif "orang pintar", dengan janji yang luar biasa (ada daftar berbagai penyakit yang bisa disembuhkan), tanpa operasi, tanpa komplikasi, dan dengan 1 x pengobatan sembuh (WOW yaa :D)
Luar biasa!! Dalam hati kecil saya, saya berpikir, benar apa ga ya?? Sebagai seorang dokter, tentunya kami, para dokter, memahami jelas masing-masing penyakit tersebut dan sadar bahwa pengobatan yang dilakukan, tidak sederhana, dan jelas-jelas membutuhkan operasi. Berbagai praktek "orang pintar" kini semakin marak di Indonesia (artinya dokter bukan lagi orang pintar, hahaha). Entah benar atau tidak, hal ini harus menjadi suatu bahan introspeksi bagi dokter sendiri dan pemerintah.
Tahun 2004, UU praktek kedokteran telah resmi diterbitkan, dan menjadi bahan panduan dalam praktek dokter sehari-hari. Dengan UU tersebut, kami para dokter, terikat pasal-pasal undang-undang sehingga pelayanan bagi para pasien pun harus optimal. Lalu bagaimana peraturan bagi para "orang pintar"?? Pengobatan alternatif, sampai saat ini, sejauh pengetahuan saya, belum memiliki undang-undang resmi yang mengikat. Dan ini memudahkan atau memungkinkan para pasien kemudian menjadi dirugikan akibat praktek pengobatan alternatif yang palsu.
Mengapa saya bilang palsu?? Karena memang, ada beberapa pengobatan alternatif, yang menurut saya, memang bisa dilakukan. Misalnya dengan pengobatan tenaga dalam atau prana, dsb. Salah satu pengobatan yang saya tau, tidak pernah menjanjikan suatu janji yang muluk2 (seperti 1x pengobatan sembuh, tanpa operasi dsb), bahkan pusat pengobatan itu pun tetap menekankan pentingnya pengobatan medis.
Saya masih ingat sebuah pengalaman bagaimana seorang pasien akhirnya sadar bahwa dirinya tertipu oleh pengobatan alternatif. Batu ginjal yang dideritanya, dikatakan telah menghilang, setelah dirinya menjalani pengobatan alternatif. Akan tetapi, tidak berapa lama, ia pun merasakan keluhan yang sama, dan setelah difoto, ternyata batu ginjal itu masih saja ada di tempatnya tanpa perubahan sedikit pun (waduh, mungkin waktu dikeluarin bukan batu ginjal, tapi batu akik :D). Sayangnya, kondisi ini tidak pernah menjadi suatu pembicaraan publik, karena memang tidak ada aturan yang jelas tentang masalah ini (bandingkan kalo dokter yang mengobati dan kemudian ternyata terjadi kesalahan...duh duh...)
Sebagai dokter, kita mungkin harus menyadari bahwa maraknya pengobatan alternatif akhir-akhir ini juga terjadi akibat kurangnya kemampuan komunikasi dokter-pasien. Pasien yang merasa tidak puas, otomatis akan lari mencari dokter lain, atau bahkan pengobatan alternatif. Bagi para pasien sendiri, saya kira, kini sudah semakin pintar. Teknologi dan informasi kesehatan sudah banyak tersedia (contohnya blog ini :D). Mencari alternatif pengobatan, memang tidak ada salahnya, namun hendaknya pilihan itu dibuat dengan bijaksana, setelah anda memiliki cukup informasi tentang penyakit yang anda derita. Keep healthy....:D
(Gambar diambil dari http://www.kudzu.com/categoryMain.jsp?N=1091 dan http://www.nursyifa.hypermart.net/)
12 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
oh saya punya pengalaman ni soal begini
krn setelah nyaris sebulan kesakitan n udah ke 2 RS tapi ga ketauan jg penyakitnya apa, akhirnya ke alternatif... dgn gampangnya dibilang diguna2in... :P
untung akhirnya ke RS sekali lagi n cepat tertolong
klo engga, mungkin skrg saya ga bisa nulis di sini... :)
------------------
http://livingdaisy.blogspot.com
aduuh.. untunglah tertolong...
hmm, saya selalu menyarankan, cobalah cari second opinion kalo emang anda masih kurang puas dengan pelayanan dokter atau RS..
Posting Komentar